Senin, 22 April 2013

Kisah Napoleon dengan Piramida Giza, Mesir

Napoleon Bonaparte di depan Sphinx (cultured.com)

GMATours | Agen Wisata Murah - Mitra GMATours, kali ini kita akan berkenalan dengan sebuah negara yang terletak di Afrika bagian timur laut. Negara ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata muslim yang menarik. Biasanya, biro travel wisata dan umrah memiliki paket wisata muslim untuk mengunjungi negeri yang terkenal dengan bangunan piramidanya, Mesir!

Mesir digolongkan dalam negara maju di benua Afrika. Luas Mesir sekitar 997.739 km² yang meliputi Semenanjung Sinai (masuk dalam benua Asia bagian barat daya) dan sebagian besar wilayah lainnya terletak di Benua Afrika bagian utara.

Sejak dulu, Mesir dikenal dengan pertaniannya yang subur. Hal ini disebabkan karena keberadaan Sungai Nil yang selalu mengairi negara itu. Itulah sebabnya konsentrasi penduduk yang menetap lebih banyak di sekitar Sungai Nil. Sementara wilayah lain berupa gurun tandus yang termasuk dalam bentangan Gurun Sahara.

Tak salah jika Mitra GMATours menjadikan Mesir sebagai tujuan wisata, salah satunya dengan paket umrah plus Mesir. Hal ini disebabkan negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam ini menyimpan jejak sejarah Islam. Mesir menjadi bagian dari kekhilafahan Islam yang saat itu dijabat oleh Khalifah Umar bin Khaththab, sedangkan panglima yang ditunjuk untuk membebaskan Mesir dari kontrol Romawi adalah ahli siasat politik dan perang, Amru bin Ash.

Peradaban Mesir sudah terbangun sejak lama sehingga Mesir dikenal dengan peradaban kunonya. Beberapa peninggalan kuno termegah di dunia yang bisa ditemui di sini di antaranya Piramida Giza, Kuil Karnak, Lembah raja, dan Kuil Ramses. Sementara itu, sebuah kota di Mesir, Luxor, memiliki artefak kuno yang jumlahnya diperkirakan merupakan 65% artefak kuno yang ada di seluruh dunia.

Hubungan antara Mesir, Piramida Giza, dan Napoleon

Nah, berbicara tentang hubungan tersebut, kita akan dibawa pada sebuah peristiwa sekian ratus tahun yang lalu. Sebuah peristiwa yang pernah terjadi di sekitar lokasi piramida terbesar di wilayah Giza.

Suatu peperangan pernah terjadi di kompleks Piramida Giza. Pertempuran itu terjadi pada hari Sabtu, 7 Safar 1213 H/ 21 Juli 1798 M, antara pasukan Mamluk dan pasukan Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Dalam pertempuran itu, jenderal bertubuh pendek kelahiran Korsika itu berhasil meraih kemenangan. Kemenangan yang membuat pasukan Perancis berhasil menduduki Mesir. 
Napoleon dalam pertempuran di sekitar Piramida (goldenagepaintings.blogspot.com)

Pasca kemenangan itu, mereka berhasil memasuki Kairo tiga hari kemudian. Kota ini jatuh ke tangan Pasukan Perancis. Walau ekspedisi itu tidak berlangsung lama, ternyata dampaknya luar biasa dan menimbulkan berbagai perubahan di Mesir. Khususnya yang berkenaan dengan pandangan anak Negeri Piramida terhadap Barat kala itu. Selama di Mesir, ternyata kelakuan Napoleon tak jarang menimbulkan tawa dan senyum. Bagaimana kisahnya?

Ketika melewati hari-hari pertama di Mesir, Napoleon Bonaparte, dalam memoar yang ia tulis ketika diasingkan di St. Helena, mengemukakan:

“Yang membuat aku geli, barangkali juga orang-orang Mesir, ialah kami datang dengan perkiraan akan menghadapi hujan dan angin musim dingin. Ternyata, yang kami temui adalah terik musim panas dan pasir gurun yang membakar tubuh. Padahal sebelumnya, aku telah mengubah bentuk seragam pasukan Perancis dan memerintahkan semua anggota pasukanku untuk mengenakan sorban seperti halnya kaum Muslim.”

Napoleon Bonaparte (greatgameindia.wordpress.com)
Selepas berhasil memasuki Kota Kairo, putera Carlo Bonaparte itu berusaha memikat hati warga kairo, terutama hati para pemuka dan tokoh Mesir. Sekitar sebulan selepas kehadirannya di kairo, tepatnya pada Sabtu, 6 Rabiul Awwal 1213 H/ 18 agustus 1798 M, bulan itu merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Selaku penguasa baru Mesir, ia pun menerima undangan dari Al-Azhar untuk menyambut bulan istimewa bagi rakyat Mesir itu. Karena itu, Napoleon yang kala itu baru berusia 29 tahun, keluar dari markas besarnya dengan mengenakan jubah dan sorban indah. Suami dari Josephin de Beauharnais itu hendak menghadiri peringatan hari kelahiran Rasulullah saw. di Masjid Al-Azhar.

Ketika melangkahkan kaki menuju pintu Masjid Al-Azhar, Napoleon Bonaparte berpaling ke belakang. Ternyata, para serdadu yang menyertai dirinya sedang tersenyum-senyum geli melihat panglima mereka yang tubuhnya kecil dan gerak langkahnya yang cepat tenggelam dalam jubah. Merasa dilecehkan, selepas acara itu, Napoleon bersumpah tak akan pernah lagi mengenakan jubah.

Napoleon kemudian masuk masjid dan duduk di samping seorang orientalis yang menerjemahkan ayat-ayat Al-Quran yang dilantunkan seorang qari. Mendengar bacaan Al-Quran, ia pun mengangguk-anggukkan kepala, laiknya yang dilakukan kaum Muslim Mesir. Tentu saja, para hadirin pun tersenyum geli melihat perilaku panglima bertubuh pendek dengan menggunakan jubah tersebut.

Ketika Syaikh Al-Bakri, salah seorang tokoh tarekat di Ezbekiyah, Kairo, kala itu mengundangnya makan siang, Napoleon Bonaparte pun dengan sangat gembira menerima undangan itu. Ia duduk bersila dan menikmati makanan yang disajikan dengan tangannya seperti kebiasaan orang-orang Mesir. Seusai makan, ia kemudian membersihkan mulutnya dengan jubahnya, mengikuti tindakan yang dilakukan para hadirin lainnya. Tapi, ketika ia ditawari kendi, ia menolaknya. Mengapa? Dalam memoarnya ia mengemukakan, sebenarnya ia tak ingin menolak tawaran minum dengan kendi. Namun, karena tak tahu bagaimana minum dengan kendi, ia pun menolak tawaran itu. Kemudian ketika kembali dari undangan, diam-diam ia mencoba minum dari kendi!

Nah, untuk Mitra GMATours yang ingin mengetahui langsung suasana Mesir, bisa mengikuti paket tour wisata muslim ke Mesir. Jika ingin sekaligus menjalanan umrah di tanah suci, ikuti saja paket umrah plus Mesir. Sambil beribadah, berwisata, juga belajar sejarah. Pasti menarik! (RA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar